Sabtu, 20 Februari 2010

MATA UNGU


Beberapa waktu yang lalu aku kehilangan dia, sesuatu yang ku sukai. Tetapi aku menyadari mengapa dia hilang begitu saja. Kecewa dan pengen marah tapi buat apa, karena dia tidak akan kembali pada keadaan semula.
Kucoba susuri perihal hilangnya dia. Hingga sampai pada titik aku mencurigai sesorang. Kucoba tanya baik-baik via sms tapi ia marah-marah. Karena kecurigaanku belum terbukti, aku pun minta maaf berharap kesalahpahaman itu tidak mengakar kemana-kemana. Dan aku coba melupakan dia.
Tapi kalo ingat dia, aku jadi mellow lagi. Aku bertanya dan bertanya lagi kepada siapa saja yang mungkin mengetahui keberadaannya, termasuk ibuku yang kubuat repot. Setiap beliau bertemu dengan sesuatu yang mirip dia, beliau selalu lapor padaku. Tapi sayang, hanya mirip doank, bukan dia yang sebenarnya.
Pikiranku berkelana ke tempat bersejarah beberapa tahun silam, dimana aku bisa memilikinya. Bukan membeli ataupun diberi.
Saat itu perjalanan rame dalam rangka menghilangkan stress—windows shopping, kami singgah ke masjid karena waktu sholat hampir lewat—ntah ashar ntah magrib. Usai melipat mukena, aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal di kakiku. Secepatnya kuperiksa dan ternyata ada sebuah benda bulat mungil bermata putih. Cincin. Teman-teman yang melihat cincin di tanganku secepat kilat merebutnya, namun dengan ketangkasanku cincin itu tetap aman di genggamanku.
Aku mengagumi cincin indah itu, tidak ada pemikiran baik di otakku, yang ada aku bersyukur bisa mendapatkan cincin bermata putih itu dan menjauhkannya dari teman-temanku yang jahil.
Kucoba mengenakannya di jari yang lazim—jari manis, tapi tak muat. Di jari yang paling mungil, kelonggaran. Mmm… taro dimana ya? Tak habis akal. Kugantungkan cincin itu di HPku dengan tambahan tali berwarna perak. Cantik sudah. HP ini pasti kubawa kemana-kemana dengan sedikit maksud baik, jika pemiliknya melihat dan meminta cincinnya kembali, akan kukembalikan dengan ikhlas tanpa syarat apapun, karena aku orang baik. Cuih!
Banyak teman yang meminta cincin itu, tentu saja kutolak. Ada yang ingin menggantikannya dengan cincin yang lain, ada yang mau membayarnya dan bermacam ragam lainnya. Tetep saja kutolak. Ntah kenapa, aku sudah jatuh cinta dengan cincin itu.
Suatu ketika tiba-tiba keadaan kamarku gelap karena mati lampu dan … betapa indahnya, cincin bermata putih itu memancarkan cahaya warna ungu. Cantik! Mungkin sebagian orang beranggapan hal itu biasa saja karena mungkin mereka memiliki yang lebih dari itu. Sedangkan aku yang tak paham masalah itu menganggap itu adalah sesuatu yang istimewa. Aku semakin ‘cinta’ pada cincin itu* *
~~ * ~~
Cincin itu hilang! Gerrr! Dan sekarang aku telah menemukannya kembali dengan keadaan sungguh mengenaskan. Aku menemukannya di tempat yang paling kotor. Disebuah WC! WC siapa? WC milik seseorang yang sempat aku curigai tempoe doloe. Marahku sampe ke ubun-ubun. Keadaan cincin itu tidak utuh lagi. Emosi negatifku meletup-letup namun dapat kuredakan secepatnya karena ini masalah cincin. Kan gak enak tiba-tiba besok di headline news terpampang tulisan gede ‘TELAH TERBUNUH SECARA MENGENASKAN PEREMPUAN SOK IMUT OLEH GADIS CANTIK BERHATI KAPAS HANYA GARA-GARA CINCIN YANG TAK JELAS ASAL USULNYA!’ Gila! Panjang banget yak headline news-nya.
Hmm … mau tau keadaan cincin itu kawan?
Cincin bermata putih yang konon bisa memancarkan warna janda—ungu—dan telah beberapa tahun ini terpisah dari orangtua yang tidak bertanggung jawab, sekarang hanya tinggal cincin tanpa mata karena matanya yang konon bisa memancarkan warna janda—ungu—telah hilang dicongkel orang. Emat pengait mata cincin itu kelihatan sekali dipatahkan dengan paksa oleh orang yang TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!
Tragis!
Dan kini … cincin itu telah kumasukkan dalam museum pribadiku. Kepada pemilik cincin yang sebenarnya, maafkan aku yang tida bias menjaga cincin itu dengan baik. Ia telah dilecehkan!

2 komentar:

  1. Wah... berarti mata ungu itu sangat istimewa ya mbak?? Dan pastinya ia bukan batu biasa. duh jd ikut kesel ma org yang congkel si mata ungu dengan paksa. :(

    BalasHapus
  2. iya... kezel, lezel, kezel! hehe
    mksh mbk mia dah mau hinggap disini...

    BalasHapus