Rihan Alveo
Ini blog milik seseorang yang sedang belajar "terbang", Rihan Alveo. Masih acakadul^^ moga berkenan, kawans ^^
Sabtu, 07 Mei 2011
200 Penulis Buku Selaksa Makna Ramadhan
ANTOLOGI CERPEN INSPIRATIF 200 KATA
JUDUL BUKU : SELAKSA MAKNA RAMADHAN
200 PENULIS SMR :
Ade Anita
Adi Toha Jalaindra
Adi Wijaya
Ady Azzumar
Afin Yulia
Ahmad Ijazi
Aira Kim
Akhi Dirman Al-Amin
Alga Biru
Ali Irfan
Amanda Ratih Pratiwi
Amerul Rizki
Ana Hamano Baena
Angkasa Yudistira
Anita Sari
Anita Triana
Anne Adzkia
Aqarisa Pink
Arieska Arief
Arif Rezpector
Arinaldo Rafa
Ariza
Arsyi Nurani
Aryo budi P
Asmalinda
Aswary Agansya
Aulia Akhmad
Aura Aurora
Azkiya Sastra
Bayu Insani
Binta al - MamBa
Brian Ardianto
Bunda Zakyzahra Tuga
Candra Yusgianto.
Chiharu Kyo
Chiqguitita Belista
Chitra Herdian Putri
Chosi’in
Dalasari Pera
Dang Aji
Daniel DH
Deni Kurniawan
Denis Almuharam Yahya
Dewi Eyen
Diah Maharani
Dian Phopon
Doni Febriando
Dwi Endah Septiyani
Dyah Pasti Sukses
Dyama Khazim Setyadi
Eka Natassa sumantri
Eko Aditya Rifai
Elis Tating Bardiah
Ema Rachmaniawaty
Endang Sri Sulistya
Endang Ssn.
Enya Rima Rahman
Erny Binti Sanusi
Eros Rosita
Eryl Zahra
Essica Edi Daryanto
Etik Widya
Eva Nadzia
Evatya Luna
Evi Andriani
Faika Rizky Damayanti
Fani Yunata
Faricha Hasan
Fathi Nadya
Fitriana Cahyaningrum
Fiyan Arjun
Galuh Chrysanti
Gesang Sari Mawarni
Gita Asapuri
Hairi Yanti
Haji Miskin
Hanna Llina
Haya Nazma
Herw Chokichim
Hilal Ahmad
Hindrawari Enggar
Ida Fitrie
Ifat Fatimah Wahban
Iir Harun
Iis Rachma Mj
Ikha Ismawatie
Imam Efendi
Imam Muslimin
Iman Safri Lukman
Indrawan Susanto
Indriani Indree
Irena Puspawardani
Irr Aulia
Istikuma yati
Itok Kurniawan
Jazimah al Muhyi
Jesika Sartika
Julian Khairul
Jupexmgl
Juwanna
Karina Anggara
Kemas Ferri Rahman
Kembang Tawon
Khaswandi
Khrisma Awaloka
Kianinara Kei
Koko Nata
Lia Herliana
Lilik F aneka Dewi
Lin Lanisa Jingga
Linda Astuti
Lucky Andrean Sanusi
Lukman Hadi
Marizcka Resnawati
Mas Adi
Mashdar Zainal
Maya Rinaluziaty
Mimin Ha Way
Mohamad Teguh
Muhammad Nur
Muhammad Rasyid Ridho.
Muhimah Azka
Murti Yuliastuti
Nabila Zavitri
Nanaz Nazrul
Naqqiyah syam
Neng Nunung
Nia Wasif
Nin Dit
Nora Apriyani Rahmaniar
Novi Arini
Novi Pratiwi
Novyarini
Nuha Ibnu Rusyd
Nur Jama’atun Rohmah
Nur Punama Wati
Nuri Chudori
Nurul Asmayani
Nurul Mianya Wawa
Nyla Setya
Oci Aja
Olie Lave
Perpustakaan Abatasa
Phoenix Wibowo
Pik Parwati
Prihadi Kurniawan
Prima Hawari Rasulillaah
Prita HW
Prito Windiarto
Qonita Musa
Rahmat Zuhud
Ratna Mutia
Ratna Wulandari
Retno Adjie
Retno Potter
Ria Maniez
Riana Setianingsih
Rida Arfah
Ridwan Young
Rihan Alveo
Rihanu Alifa
Riri
Risa Mutia
Riya wati
Robin Wijaya
Rusmin Nuryadin
Saila Muti Rezcan
Santri BellaPertiwi
Sari Yulianti
Sartika Pratiwi
Seroja White.
Shabrina Afrah
Shabrina Ws
Shona Vitrillia
Sinta
Siti Mulia al-mufarid
Sofi Bramasta
Sri Rahayu Setiawati
Sugiarti Flp Riau
Susan Nr
Susan Quraisy
Susanto Ariwibowo
Sya Nisa
Sylvia L’Namira
Taufan E. Prast
Tia Marty.
Titis Pramesti
Triana Dewi
Tridju Pranowo
Tyus Akira Kuuga
Umi Hasfa
Vindy Putri
Visya Blue
Voe Wannabea Bee
Vyga Afisatiarini
Widya Arum
Winny
Wisnu Wissanggeni Aditya
Yathi Hasta
Yudith Fabiola
Yugo Fandita
Yuli
Yuliza Sachira
Zaenal Abidin
Zein El arham
Zita elross
Zulfikar Ulya
Kamis, 21 April 2011
बुकू Ketiga
Judul : Wujudkan Mimpimu: Sebuah Episode Pengamen
Penulis : Ceko & Pemenang Lomba FF Pengamen Cinta
Tebal : viii + 165 hlm
ISBN : 978-602-9079-54-8
Harga : Rp 38.700,-
Sinopsis :
Hingga kini, terwujud sudah antologi flash fiction: “Wujudkan Mimpimu: Sebuah Episode Pengamen” yang berisi 50 karya penulis terpilih. Plus sebuah flash fiction yang diadaptasi dari cerita pementasan teater “Wujudkan Mimpimu” yang diperankan oleh Anak-anak Komunitas Tol Pasteur di bawah naungan Ubuntu Theatre Organization, ‘mainteater’, dan Yayasan Bahtera.
Barisan huruf, rangkaian kata, dan kalimat dalam buku ini seolah bukan hanya bentuk visual bacaan inspiratif, namun akan terasa berubah menjadi audio berbentuk rangkaian nada-nada mayor-minor. Seperti saat mendengarkan para musisi jalanan menjual suaranya, apakah akan kita dengarkan atau abaikan begitu saja?
“Buku yang inspiratif dan humanis. Kisahnya pendek-pendek, namun menghentak, menghunjam rasa kemanusiaan, membangun empati pada orang-orang yang terpinggirkan, sekaligus pembangkit semangat. Bahwa harapan itu selalu ada. Layak dibaca oleh para pejuang kehidupan.”
(Tethy Ezokanzo, penulis lebih dari 25 buku)
Website penerbit: www.leutikaprio.com
बुकू Kedua
Judul : Lafaz Cinta Di Ambang Gerhana
Penulis : A. Roesadi, Dyari Rawa, Es Tea, dkk
Tebal : vi + 228 hlm
Penerbit: LeutikaPrio
Harga : Rp 40.000,-
Pasangan penulis dalam novelet ini:
Mas Adi feat Rusmin Nuryadin (A.Roesadi)
Widya Arum feat Rihan Alveo
Nataya Charoonsri feat Dian Mardi Safitri .
Muna Masyari feat Dalasari Pera .
Arieska Arief feat Gunadi Setiawan .
Chitra Herdian feat Fauziah Harsyah .
Erni Binti Sanusi feat Danney Dunnis .
Endang SSN feat Endang Sri Sulistya
Sinopsis cerita:
Kamil seakan tak percaya mendapati rumahnya yang berantakan. Lubang-lubang peluru menghiasi setiap jengkal dinding dan ruangan di rumahnya. Sambil memeluk adiknya yang telah berlumuran darah, Kamil mendapati jasad ayahnya yang tak lagi berbentuk, bermandikan darah hitam yang telah mengental. Di tangan papanya masih tergenggam sebuah salib. Sementara ibunya tak dapat ditemukan.
Dalam keputusasaan, dia mendapati sosok Bu Fatimah yang mampu menggenapi kerinduan pada mamanya. Namun, tak lama kemudian kepedihan kembali merenggut sosok malaikat pelindungnya. Bu Fatimah meninggal sebelum Kamil sempat menyelesaikan pintalan rindunya.
Perjalanana hidup membawa Kamil ke dalam sebuah panti asuhan dan harus menghadapi teman-teman yang tidak suka akan kehadirannya
Ada keanehan yang terjadi pada diri Kamil. Ia selalau menggumamkan sesuatu di luar kesadarannya. Kelak, gumaman itu adalah lafaz cinta yang menjawab setiap tanya yang membentuk awan hitam di benaknya. Mengembalikan cinta yang sempat pergi darinya. Gumaman apakah hingga sedahsyat itu?
***
Selain itu masih ada tujuh cerita lain tentang perjuangan mengahadapi ujian cinta. Rasakan cinta itu, nikmati sensasi ramuan dua penulis di setiap alurnya.
APA KATA MEREKA TENTANG "LAFAZ CINTA DI AMBANG GERHANA"?
Ramuan ceritanya sangat blend dan nyaris tidak terduga bahwa semua cerita dalam novelette ini ditulis oleh dua orang penulis berbeda. Jarang sekali bisa menemukan bacaan seperti ini, sungguh sebuah karya sastra yang tidak harus dilepaskan.
(Dang Aji – Penulis, Creator UNSA)
Lafaz Cinta di Ambang Gerhana adalah potret perjalanan hidup anak manusia yang berhasil diabadikan oleh para penulisnya dengan cerdas dalam bahasa yang dramatis. Sebuah pragmen yang barangkali dekat juga dengan diri kita, tapi kita abai untuk melihatnya. Itulah mengapa kisah-kisah di dalam buku ini layak untuk dibaca.
(Lian Kagura - Penulis)
Terlalu sempit jika memaknai cinta sebatas asmara. Novelet-novelet dalam buku ini membawa kita memaknai cinta secara lebih luas.
(Triani Retno A -- penulis dan editor)
Jumat, 08 April 2011
SANG KRITIKUS BERWAJAH KHUSUS, NAMUN TETAP MEMBAWA SOLUSUS, EH, SOLUSI!
Akhirnya si “dia” yang ditunggu-tunggu nongol juga di jagad raya ini. Dengan lahirnya si “dia”, kita berharap segala bentuk atau kondisi yang kurang menyenangkan yang hampir dirasakan oleh manusia di seluruh muka bumi ini perlahan-lahan dapat diperbaiki. Bukan hanya orang-orang yang memiliki kuasa yang kita minta untuk memperbaikinya, tapi kita, sebagai penunggu bumi ini juga harus memberikan andil hingga kondisi yang kita harapkan bisa tercipta dan kita bisa menikmatinya bersama. Sempurna, kan?
Sudah tahu arah pembicaraanku, kan? Ha? Belum? Oke!
Pertanyaanku, fasilitas umum apa yang semua orang pasti menggunakannya? Baik orang yang memiliki kendaraan, mau pun si pejalan kaki? Yup! Seratus! Jawabannya sudah pasti “JALAN RAYA”. Kita semua adalah orang-orang yang menggunakan fasilitas jalan raya tersebut. Entah itu mau kerja, mau menuntut ilmu, atau bahkan sekedar mejeng di jalan raya? Beragam tujuan kita. Terus, siapa yang bertanggung jawab untuk menjaga sarana umum itu? Pemerintah? Polisi lalu lintas? Tidak dunk! Yang pastinya kita semua bertanggung jawab atas fasilitas umum tersebut. Apa akibatnya kalau fasilitas umum tersebut tidak kita jaga dengan baik? Ah, mengerikan untuk sekedar membayangkannya.
Temans, ada banyak kasus yang terjadi di jalan raya hingga menimbulkan korban yang tidak sedikit. Mungkin ada diantara kita pernah mengalaminya langsung, atau bahkan saudara kita? Tentu tidak mengenakkan, bukan? Kasus-kasus seperti apa sajakah yang pernah terjadi di jalan raya? Hal ini dapat kita temui jawabannya di buku “Curhat Jalan Raya” terbitan Leutika, bukan penerbit buku biasa.
Di buku itu, berisikan 30 curhatan tentang jalan raya. Dari masalah berbagi jalan raya dengan si pejalan kaki sampai berbagi jalan raya dengan para pejabat yang mau lewat. Ada kisah sedih, dan ada pula kisah kocaknya, semua tersaji secara lengkap. Semua unek-unek dikeluarkan, dikupas secara gamblang tanpa ada yang ditutup-tutupi. Kritikan-kritikan pun juga disampaikan, bukan hanya ditujukan kepada pemerintah ataupun aparat kepolisian, namun juga ditujukan kepada yang punya kendaraan. Kita tidak boleh sewena-wena menggunakan sarana umum itu, karena setiap orang memiliki hak untuk menggunakannya, namun jangan lupa, setiap orang juga memiliki kewajiban terhadap “keberlangsungan hidup” si jalan raya supaya tercipta kenyaman bagi semua pengguna jalan raya. Jangan sampai kita yang menggunakannya dan kita pulalah yang merusaknya.
Di dalam buku ini juga dilengkapi berbagai kritik dan saran yang sangat dalam, namun isinya bukanlah sesuatu yang untuk menghakimi, menyalahkan, atau menghujat pihak-pihak tertentu. Selain itu, di buku ini juga ada solusi apik yang ditawarkan agar kita lebih mawas terhadap prilaku –prilaku jelek kita yang sering kita lakukan tanpa kita sadari.
Judul Buku : Curhat Jalan Raya
Penulis : Ifa Avianty dkk
Penerbit : Leutika
Tahun Terbit : Juni, 2010
Tebal Buku : 208 halaman
ISBN : 978-602-8597-43-2
Selasa, 05 April 2011
LAGU PUN BISA MERUBAH KEHIDUPAN
Judul Buku : Lagu Opick Inspirasiku
Penulis : Arien Ratih, dkk
Penerbit : Leutika
Tahun Terbit : Januari, 2011
Tebal Buku : 190 halaman
ISBN : 978-602-8597-62-3
Buku “Lagu Opick Inspirasiku” terlahir dari tarian tangan para penulisnya dengan sangat apik. Ada tiga puluh cerita kisah nyata dari tiga puluh penulis berbeda yang disajikan dalam buku ini. Ceritanya begitu mengalir dan menyentuh para pembacanya—termasuk saya.
Sangat tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa lagu-lagu Opick banyak menginspirasi para penikmat lagunya. Lagu-lagu Opick memang memiliki tempat tersendiri di hati para pendengarnya. Inspirasi-inspirasi yang ditemui dari lagu-lagu Opick tergambar jelas di buku ber-cover hitam hijau ini. Bukan hanya fans-nya saja yang terinspirasi, bahkan orang yang tadinya tidak mengenal lagu-lagu Opick pun terinspirasi ketika tidak sengaja mendengar lagu Opick diputarkan.
Memang tidak bisa pungkiri, bahwa kita, si penghuni bumi ini, pastinya pernah mengalami tragedi-tragedi yang bisa menghancurkan kehidupan kita. Atau bahkan yang lebih parah, iman kita sampai tergadaikan, Naudzubillah….. Kita merasa seolah-olah sang penguasa bumi dan langit tidak berlaku adil pada kita. Dan tak sedikit pun diantara kita yang pernah terlintas di benaknya untuk menyudahi kehidupan fana ini sebelum waktunya. Hal semacam itulah yang terjadi di beberapa kisah dalam buku ini. Namun, berkat izin Tuhan, akhirnya mereka diberikan pencerahan lewat lagu-lagu Opick yang mengalun syahdu nan lembut itu. Masalah yang berat pun jadi terasa ringan.
Apakah hanya itu yang kita dapatkan dari buku ini? Ternyata tidak! Ada cerita-cerita keren lainnya yang tidak bisa saya bahas lebih detail. Salah satu kisah yang sempat membuat dada ini bergemuruh yaitu kisah dari Dila Sakti Negara dengan judul “Indahnya Sedekah” di halaman 52. Dari judulnya memang terasa biasa saja dan mudah ditebak isinya. Tapi, Subhanallah, hati saya berdebar dan bergemuruh membaca proses beliau menempuh pendididkan di Provinsi Bengkulu. Hati saya sempat berbicara, “Andai saja kita saling kenal, ingin rasanya aku memeluknya”.*Kalimat ini tercetus karena saking sedihnya dan kebetulan aku juga tinggal di Bengkulu.
Selain itu yang tak kalah membuat saya speechles, di buku “Lagu Opick Inspirasiku” ini, aku menemukan dua buah cerita yang berasal dari penulis nonmuslim. Subhanalllah…., tidak bisa kita ingkari lagi, bahwa lagu Opick memang benar-benar memberikan inspirasi kepada seluruh umat manusia dengan tidak memandang SARA.*Siapa SARA? ^^
Cerita-cerita yang sarat makna terlukis jelas di buku ini. Begitu menggugah—hingga saya meneteskan airmata. Kita bisa berkaca diri dari kisah-kisah yang ditawarkan di buku yang diterbitkan Leutika ini. Mengambil pelajaran dan tidak melakukan atau mengulangi hal-hal yang tidak baik tersebut. Dan mudah-mudahan hati kita menjadi tenang untuk mengarungi samudra kehidupan ini.
Penasaran dengan kisah-kisah mereka? Langsung saja baca bukunya….
Ssst…, ketika aku menyelesaikan review ini, my bro, yang gaul abis dan penyuka musik-musik disko, entah mengapa tiba-tiba memutar lagu-lagu milik Opick. Padahal dia tidak tahu lho kalau aku sedang menyelesaikan review ini…. ^^
Minggu, 27 Maret 2011
LEUTIKA EMANG T-O-P B-G-T DAH!
Sekitar 1.5 tahun yang lalu, awal-awal aku memiliki akun facebook, orang yang pertama-tama aku add—selain teman dekatku, tentunya—adalah para penulis senior yang menjadi inspiratorku selama ini. Dari merekalah aku akhirnya mengenal lebih banyak penulis yang juga bertebaran di situs jejaring sosial ini, dari penulis yang memiliki jam terbang tinggi sampai ke penulis yang baru belajar terbang, seperti diriku. Pada saat itu, aku sama sekali belum tahu ternyata facebook merupakan salah satu wadah untuk berkarya apalagi ditambah banyak ajang perlombaan menulis yang digelar disana.
Sampailah di hari yang bersejarah bagi kehidupanku, hari dimana aku mulai kenal dengan si “dia”. Ceritanya, disaat aku membaca status-status temanku di facebook, aku tak sengaja melihat foto profil teman-temanku yang sama alias kembar. Bukan hanya satu, dua, atau belasan, tapi puluhan (atau ratusan kali, ya?) teman-teman mayaku menggunakan foto profil yang sama. Aku sempat heran, sih. Kebetulan aku orangnya mudah penasaran, akhirnya aku mencari tahu jawabannya dengan bertanya ke salah satu teman mayaku (aku lupa namanya ^^) prihal kembarnya foto profil mereka. Ternyata usahaku tidak sia-sia. Teman yang baik hati (sipakah gerangan?) itu sudi memberi tahuku satu nama akun facebook yang fardu aku add jika ingin mendapatkan hadiah dengan cara menggunakan gambar foto profil yang sama dengan teman-teman yang lain. Akun facebook siapakah itu? Yups! Siapa lagi kalau bukan Leutika Publisher (dulu sih, belum ada Leutika Publisher Dua he he he).
Karena aku memiliki karakter jiwa gretong a.k.a gratisan yang sangat kuat, maka ku- add lah si “dia”. Gayung pun bersambut. Friend request-ku diterima. Sya la la la senangnya dalam hati, bila beristri dua…. Lho? Kok lagu Dhani?
Back to “kasus”. Setelah aku mengenal sosok Leu—panggilan sayangku untuk Leutika Publisher—lebih jauh (desying!), aku rajin mengikuti even-even yang diadakan Leu. Even pertama (di luar mengganti foto profil, ya) yang aku ikuti yaitu lomba “3 Juta dari 3 Novel”. Tahu nggak saudara-saudara, itu lomba apaan? Itu lomba memberikan komentar singkat (hanya satu kalimat) dari sebuah buku yang sudah ditentukan oleh Leu. Lalu yang lebih mengesankan diriku pada saat pengumuman lombanya itu, aku adalah salah satu pemenangnya! Ingat saudara-saudara, SALAH SATU PEMENANGNYA! (pret! narsis amit, lu!). Hadiahnya yang lumayan gede itu sangat memberikan kontribusi atas hadirnya si noty—notbook—ke pangkuanku. Alhamdulillah…. (salah satu keinginanku yang telah tercapai).
Setelah itu, apakah aku merasa puas dan tidak mengikuti even-even yang diadakan Leu lagi? Oh, tidak! Bahkan aku semakin menggila untuk tetap berkarya dan mengikuti setiap even-nya seperti Audisi Penulis Buku, Leutika Tell Us, Weeklynotes, Fiksi Foto, Statom, Adu Jurus Lawan Setan, Yimbo, de el el (nggak ingat semua). Ending-nya? Tak satu pun aku menang hiks hu hu hu.
Sempat kuciwa berat sih aku sama Leu, tapi aku pantang berpatah arang. Aku tak menang itu berarti Leu mencari karya yang terbagus di antara yang bagus. Walau menurutku naskahku bagus tapi kan Leu mencari yang terbagus. Ya nggak, Leu? ^^
Meski acap kali gagal, bukan berarti aku tidak memiliki karya yang sudah terbit, lho. Satu karya antologiku sudah terbit di lini Leu yaitu Leutika Prio. Dan beberapa karya antologiku yang lain sedang dalan proses terbit di Leutika Prio juga.
Sekarang ini, satu naskahku yang sedang ber-fighting ria di meja hijau Leutika Publisher yaitu naskah “Asma Nadia Inspirasiku”. Doain, ya moga kali ini aku lolos. Aamiin.
Terimakasih, Leu, engkah telah menyulut semangatku untuk terus berkarya!
Met ultah yang ke-2, ya, Leu…. Semoga menjadi penerbit terbaik yang pernah dimiliki negeri ini aamiin.
Kunjungi website Leutika di www.leutikaprio.com. Banyak even disana yang kalo nggak diikuti kamu-kamu bakal nangis sesenggukan di pojok kamar.
Sampailah di hari yang bersejarah bagi kehidupanku, hari dimana aku mulai kenal dengan si “dia”. Ceritanya, disaat aku membaca status-status temanku di facebook, aku tak sengaja melihat foto profil teman-temanku yang sama alias kembar. Bukan hanya satu, dua, atau belasan, tapi puluhan (atau ratusan kali, ya?) teman-teman mayaku menggunakan foto profil yang sama. Aku sempat heran, sih. Kebetulan aku orangnya mudah penasaran, akhirnya aku mencari tahu jawabannya dengan bertanya ke salah satu teman mayaku (aku lupa namanya ^^) prihal kembarnya foto profil mereka. Ternyata usahaku tidak sia-sia. Teman yang baik hati (sipakah gerangan?) itu sudi memberi tahuku satu nama akun facebook yang fardu aku add jika ingin mendapatkan hadiah dengan cara menggunakan gambar foto profil yang sama dengan teman-teman yang lain. Akun facebook siapakah itu? Yups! Siapa lagi kalau bukan Leutika Publisher (dulu sih, belum ada Leutika Publisher Dua he he he).
Karena aku memiliki karakter jiwa gretong a.k.a gratisan yang sangat kuat, maka ku- add lah si “dia”. Gayung pun bersambut. Friend request-ku diterima. Sya la la la senangnya dalam hati, bila beristri dua…. Lho? Kok lagu Dhani?
Back to “kasus”. Setelah aku mengenal sosok Leu—panggilan sayangku untuk Leutika Publisher—lebih jauh (desying!), aku rajin mengikuti even-even yang diadakan Leu. Even pertama (di luar mengganti foto profil, ya) yang aku ikuti yaitu lomba “3 Juta dari 3 Novel”. Tahu nggak saudara-saudara, itu lomba apaan? Itu lomba memberikan komentar singkat (hanya satu kalimat) dari sebuah buku yang sudah ditentukan oleh Leu. Lalu yang lebih mengesankan diriku pada saat pengumuman lombanya itu, aku adalah salah satu pemenangnya! Ingat saudara-saudara, SALAH SATU PEMENANGNYA! (pret! narsis amit, lu!). Hadiahnya yang lumayan gede itu sangat memberikan kontribusi atas hadirnya si noty—notbook—ke pangkuanku. Alhamdulillah…. (salah satu keinginanku yang telah tercapai).
Setelah itu, apakah aku merasa puas dan tidak mengikuti even-even yang diadakan Leu lagi? Oh, tidak! Bahkan aku semakin menggila untuk tetap berkarya dan mengikuti setiap even-nya seperti Audisi Penulis Buku, Leutika Tell Us, Weeklynotes, Fiksi Foto, Statom, Adu Jurus Lawan Setan, Yimbo, de el el (nggak ingat semua). Ending-nya? Tak satu pun aku menang hiks hu hu hu.
Sempat kuciwa berat sih aku sama Leu, tapi aku pantang berpatah arang. Aku tak menang itu berarti Leu mencari karya yang terbagus di antara yang bagus. Walau menurutku naskahku bagus tapi kan Leu mencari yang terbagus. Ya nggak, Leu? ^^
Meski acap kali gagal, bukan berarti aku tidak memiliki karya yang sudah terbit, lho. Satu karya antologiku sudah terbit di lini Leu yaitu Leutika Prio. Dan beberapa karya antologiku yang lain sedang dalan proses terbit di Leutika Prio juga.
Sekarang ini, satu naskahku yang sedang ber-fighting ria di meja hijau Leutika Publisher yaitu naskah “Asma Nadia Inspirasiku”. Doain, ya moga kali ini aku lolos. Aamiin.
Terimakasih, Leu, engkah telah menyulut semangatku untuk terus berkarya!
Met ultah yang ke-2, ya, Leu…. Semoga menjadi penerbit terbaik yang pernah dimiliki negeri ini aamiin.
Kunjungi website Leutika di www.leutikaprio.com. Banyak even disana yang kalo nggak diikuti kamu-kamu bakal nangis sesenggukan di pojok kamar.
Sabtu, 19 Februari 2011
MENYULAM IMPIAN "UNGU"
RESENSI NOVEL “MERETAS UNGU”
MENYULAM IMPIAN “UNGU”
Judul Buku : Meretas Ungu
Pengarang : Pipiet Senja
Penerbit : Gema Insani
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, 2005
Tebal Buku : 306 halaman
ISBN : 979-561-986-1
Meretas Ungu adalah sebuah judul novel yang membuka tabir kemelut hati seorang janda yang di dalam novel ini diidentikkan dengan warna ungu. Kemelut-kemelut yang menggrogoti sisi hati seorang janda ini dikupas habis oleh si penulisnya, Pipiet Senja. Dari proses bagaimana ia meraih “gelar” janda hingga ke hal-hal yang sebagian orang tidak mengetahuinya. Anggapan miring masyarakat tentang prilaku seorang janda yang suka menggoda suami orang telah ditepis habis di dalam novel ber-cover ungu ini. Intinya, tidak semua janda itu sama!
Pipiet Senja, penulis senior sekaligus seorang ibu yang tangguh ini telah berhasil meramu novelnya dengan sangat apik. Penulis seolah-olah menjiwai karakter tokoh utamanya, Diah Pramesti. Setiap alur yang digarapnya serasa hidup dan benar-benar nyata. Pembaca diajak seolah-olah menyaksikan langsung rentetan peristiwa yang disuguhkan. Padahal, kehidupan pribadi rumah tangga si penulis berbanding terbalik dengan apa yang ditulisnya di novel terbitan Gema Insani ini. Hanya beberapa hal dari kehidupan nyata si penulis yang menjadi bagian dari cerita novel cantik ini. Seperti: bersuamikan orang Batak.
Kisa-kisah yang ditorehkan dalam novel ini awalnya mengalir perlahan. Namun dari pertengahan hingga akhir, kisah-kisah yang dilukiskan mengalir sangat deras. Konflik-konflik yang ditawarkan sangat tajam dan menghujam hati pembacanya, hingga pembaca terbawa arus ke dalam novel 306 halaman ini.
Diah Pramesti, sang tokoh utama, digambarkan sedemikian rupa dalam kehidupan rumah tangganya. Masalah-masalah yang menghampirinya hingga gelar “ungu” disandanganya membawa perubahan besar dalam hidupnya. Hatinya yang terpatah-patah itu ditatanya kembali hinga membentuk hati yang sempurna. Dengan kunci ikhlas dan saling menguatkan, Diah dan ketiga putrinya mampu meretas semua penghalang kebahagiaan mereka. Mereka mampu membuktikan bahwa tanpa seorang suami dan ayah yang memberikan sokongan, mereka mampu meraih sukses beserta kebahagiaan. Mereka percaya, Allah bersama mereka. Ghirah hidup yang sempat meredup, perlahan memancarkan cahayanya kembali.
Banyak liku yang terjadi pada tokoh utama dan juga keluarganya. Hal yang tak terduga-duga yang sempat menjadi teka-teki pembancanya, terjawab sudah dengan kisah-kisah yang berlogika. Pembaca pun ikut berdecak kagum dengan cerita yang ditawarkan. Gaya bahasa yang cukup ringan dan santai sangat membantu pembacanya untuk memahami alurnya. Bahasa daerah Sunda yang terselip juga menambah khazanah kosakata para pembaca.
Novel “Meretas Ungu” ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja oleh orang-orang pembaca setia novel. Untuk kaum ibu juga, banyak hikmah yang bisa dipetik dengan membaca buku ini. Dan yang tak boleh ketinggalan, untuk para suami atau calon suami, sebelum melakukan hal-hal di luar kewajaran dalam biduk rumah tangga, ada baiknya membaca buku ini. Lumayan, untuk bercermin.
Link postingan resensi di Fb: http://www.facebook.com/note.php?created&¬e_id=492246390735
Jumat, 08 Oktober 2010
Flash Fiction Contest – Blogfam dan MPID
BAHAGIAKAH
Meilan ngambek. Tidak mau menyelesaikan PR IPA-nya. Alasannya capek.
Ia kelihatan tak bersemangat. Padahal fasilitas belajar telah dipenuhi. Termasuk aku, guru privatnya. Meilan lebih beruntung dari aku.
“Emang Meilan ngapain aja di sekolah tadi?”
Ia menggeleng.
“Sempat tidur siang, nggak?”
“Pulang sekolah langsung les bahasa inggris di tempat Bimbel,” Meilan menangis. Aku jadi serba salah.
“Meilan kenapa, Bu?” Mama Meilan muncul. Mungkin ia mendengar tangisan Meilan.
“Katanya capek, Bu.”
“Mulai kambuh nih ngambeknya. Sini!” Meilan mengikuti Mamanya.
“Bi, buatkan susu Meilan!”
Tak lama. Meilan masuk ke ruang belajar dengan segelas susunya. Tangisnya reda. Hanya mata yang memerah. Mukanya telah dibasuh dengan air.
“Lanjutkan PR, ya, Mei?” Meilan mengangguk. Meminun susunya sedikit dan langsung mengerjakan PR.
Kasihan Meilan. Kupikir ia bahagia dengan limpahan materi.
()()()
Link Pengumuman Lomba: http://lombaffblogfammpid.multiply.com/
Kamis, 05 Agustus 2010
LOMBA CERPEN “AKU, KAMU, DAN RAMADHAN”
USAI TARAWIH
Usai shalat tarawih aku langsung pulang. Aku merasa tidak khusuk. Disetiap selesai 2 rakaat shalat tarawih, mataku selalu melirik ke pintu masjid. Tapi anak yang kuperkirakan berumur 8 tahun itu tidak muncul juga.
Aku memperhatikannya mulai dari malam pertama shalat tarawih. Dia tidak pernah alpa untuk menyimak ceramah yang disampaikan Ustadz. Tapi tak pernah sekali pun dia masuk dan ikut shalat. Dia hanya duduk dekat pintu masjid dan pergi menjelang shalat tarawih usai.
Malam kemarin aku sempat memberinya sarung dan kopiah untuk mengajaknya shalat. Namun malam ini tak seperti biasanya, dia tak datang.
“Toni!” tepukan di bahuku menghentikan langkahku. Rupanya Mas Sholihin, yang beberapa hari lalu pernah kulihat ngobrol dengan anak itu. Ini kesempatanku untuk mencari tahu tentangnya.
“Namanya Fredy, tetangga baru sebelah rumah saya,” Mas Sholihin menjelaskan.
“Malam ini dia tidak kelihatan sama sekali, ya, Mas?!”
“Fredy masuk rumah sakit, habis disiksa Papanya,” ucapnya pelan.
“Kenapa?” tanyaku cemas.
“Kata Papanya, tingkahnya aneh dari pulang sekolah, bersarung dan pakai kopiah. Ada orang yang memberikannya dan ngajak dia shalat di masjid. Papanya marah besar.”
“Lho, bukannya bagus, Mas, anak dari kecil sudah diajarkan shalat. Apalagi ini Ramadhan.”
“Benar, tapi masalahnya dia bukan muslim.”
USAI TARAWIH
Usai shalat tarawih aku langsung pulang. Aku merasa tidak khusuk. Disetiap selesai 2 rakaat shalat tarawih, mataku selalu melirik ke pintu masjid. Tapi anak yang kuperkirakan berumur 8 tahun itu tidak muncul juga.
Aku memperhatikannya mulai dari malam pertama shalat tarawih. Dia tidak pernah alpa untuk menyimak ceramah yang disampaikan Ustadz. Tapi tak pernah sekali pun dia masuk dan ikut shalat. Dia hanya duduk dekat pintu masjid dan pergi menjelang shalat tarawih usai.
Malam kemarin aku sempat memberinya sarung dan kopiah untuk mengajaknya shalat. Namun malam ini tak seperti biasanya, dia tak datang.
“Toni!” tepukan di bahuku menghentikan langkahku. Rupanya Mas Sholihin, yang beberapa hari lalu pernah kulihat ngobrol dengan anak itu. Ini kesempatanku untuk mencari tahu tentangnya.
“Namanya Fredy, tetangga baru sebelah rumah saya,” Mas Sholihin menjelaskan.
“Malam ini dia tidak kelihatan sama sekali, ya, Mas?!”
“Fredy masuk rumah sakit, habis disiksa Papanya,” ucapnya pelan.
“Kenapa?” tanyaku cemas.
“Kata Papanya, tingkahnya aneh dari pulang sekolah, bersarung dan pakai kopiah. Ada orang yang memberikannya dan ngajak dia shalat di masjid. Papanya marah besar.”
“Lho, bukannya bagus, Mas, anak dari kecil sudah diajarkan shalat. Apalagi ini Ramadhan.”
“Benar, tapi masalahnya dia bukan muslim.”
Minggu, 11 April 2010
TAK SEKEDAR NYENGIR
Judul buku : Anak Kos Dodol Kumat Lagi (AKD KL)
Pengarang : Dewi ‘Dedew’ Rieka
Penerbit : Gradien Mediatama
Tahun terbit : Cetakan ke 1, 2009
Tebal buku : 224 halaman
Buku gokil karya Dewi ‘Dedew’ Rieka a.k.a Dedew dengan tebal 224 halaman ini brojol setelah 2 kakaknya terdahulu--Anak Kos Dodol (AKD) dan Anak Kos Dodol Lagi (AKDL)--laris manis di pasaran. Atas request fans beratnya, maka dengan berkeringatan, akhirnya Dedew dapat menyelesaikan karya dodolnya ini. Buku yang mendapat sambutan hangat di pasaran ini menjadi obat dehidrasi di industri perbukuan Indonesia yang miskin koleksi cerita gokil.
Dewi ‘Dedew’ Rieka menghirup udara segar di muka bumi ini untuk pertama kalinya di rumah sakit Makassar, 02 April 1980. Dedew menamatkan pendidikan SD, SMP, SMA secara nomaden. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa Dedew masih tergolong manusia langka yang pernah hidup di zaman baheulak. Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya di Palembang, Dedew berhasil dirayu hidup-hidup oleh seorang teman untuk melanjutkan pendidikan tingginya di kota pelajar, Djokdja. Dan di Djokdjalah, asal muasal semua kedodolannya terukir sempurna sehingga buku AKD KL nongol ke dunia fana ini.
Cerita yang disajikan dalam buku terbitan Gradien Mediatama ini adalah tentang keseharian yang dialami Dedew bersama teman-teman satu kost yang kedodolannya gagal masuk rekor MURI. Kepedulian, keluguan, kecerobohan, kejahilan, serta urusan percintaan lengkap di torehkan dalam buku bercover merah membara ini. Pokok’e, terpuaskan dah!
Gaya bahasa yang digunakan sangat menyegarkan otak para pembaca. Laksana minum dogan di tengah gurun Sahara. Serrr… adem! Yang tua merasa muda lagi, yang muda bergairah kembali. Gaul abiz! Yah, walaupun Dedew umurnya tidak bisa dikategorikan muda lagi. Kedodolan dan kenarsisan mereka membuat para pembaca ketawa menggigil, hingga tak disadari, iler berkeliaran kemana-kemana, tapi masih dalam lokasi mulut sih. Buku ini tidak hanya menyuguhkan hal-hal yang membuat para pembaca tertawa geli, namun ada banyak pesan moral yang tersirat dan langsung mengena di hati para pembacanya.
Kisah AKD KL ini, diawali seorang mahasiswi dodol bernama Dedew--penulis sendiri--yang ngekost di kota Djokdja yang jauh dari pengawasan orangtua. Yang membuat keadaan makin parah, Dedew bertemu dengan teman-teman yang tingkat kedodolannya tak bisa diragukan lagi. Maka ketika keakraban itu terjadi di sebuah kost bernama Puri Cantika, kejadian-kejadian dodol bin narsis tak bisa terelakkan. Tingkah aneh-aneh dari para cewek berkepribadian mengenaskan meluncur begitu saja bak roket yang siap diledakkan kapanpun. Banyak teman-teman yang terkena dampak kedodolan mereka termasuk para lelaki berwajah ndeso yang ngekost tak jauh dari tempat kost mereka.
Dalam buku ini, penceritaannya digambarkan sesederhana mungkin dengan tetap menonjolkan sisi kedodolannya. Para pembaca dari berbagai kalangan dapat dengan mudah mengikuti alur yang dimainkan. Terkadang cerita yang sebenarnya sangat menyentuh dan membuat para pembaca ingin mewek sejadi-jadinya namun batal karena akibat kedodolan mereka yang mendarah daging dan membuat para pembaca tersenyum meringis.
Kelebihan cerita ini selain para pembaca dibawa segar kembali, cerita ini tidak seperti cerita gokil lainnya yang hanya mengutamakan hiburan belaka, namun lebih dari itu. Ada amanat yang terkandung di dalamnya dan mengajak para pembaca untuk berpikir ulang tentang hal-hal negatif yang pernah dilakukan dan menggantikannya dengan hal-hal yang lebih baik lagi. Tak kan ada perasaan sia-sia ketika buku gokil ini di bawa ke kasir dan dilunaskan secepatnya. So, bagi yang belum baca, jangan nyesal, lho…
Pengarang : Dewi ‘Dedew’ Rieka
Penerbit : Gradien Mediatama
Tahun terbit : Cetakan ke 1, 2009
Tebal buku : 224 halaman
Buku gokil karya Dewi ‘Dedew’ Rieka a.k.a Dedew dengan tebal 224 halaman ini brojol setelah 2 kakaknya terdahulu--Anak Kos Dodol (AKD) dan Anak Kos Dodol Lagi (AKDL)--laris manis di pasaran. Atas request fans beratnya, maka dengan berkeringatan, akhirnya Dedew dapat menyelesaikan karya dodolnya ini. Buku yang mendapat sambutan hangat di pasaran ini menjadi obat dehidrasi di industri perbukuan Indonesia yang miskin koleksi cerita gokil.
Dewi ‘Dedew’ Rieka menghirup udara segar di muka bumi ini untuk pertama kalinya di rumah sakit Makassar, 02 April 1980. Dedew menamatkan pendidikan SD, SMP, SMA secara nomaden. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa Dedew masih tergolong manusia langka yang pernah hidup di zaman baheulak. Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya di Palembang, Dedew berhasil dirayu hidup-hidup oleh seorang teman untuk melanjutkan pendidikan tingginya di kota pelajar, Djokdja. Dan di Djokdjalah, asal muasal semua kedodolannya terukir sempurna sehingga buku AKD KL nongol ke dunia fana ini.
Cerita yang disajikan dalam buku terbitan Gradien Mediatama ini adalah tentang keseharian yang dialami Dedew bersama teman-teman satu kost yang kedodolannya gagal masuk rekor MURI. Kepedulian, keluguan, kecerobohan, kejahilan, serta urusan percintaan lengkap di torehkan dalam buku bercover merah membara ini. Pokok’e, terpuaskan dah!
Gaya bahasa yang digunakan sangat menyegarkan otak para pembaca. Laksana minum dogan di tengah gurun Sahara. Serrr… adem! Yang tua merasa muda lagi, yang muda bergairah kembali. Gaul abiz! Yah, walaupun Dedew umurnya tidak bisa dikategorikan muda lagi. Kedodolan dan kenarsisan mereka membuat para pembaca ketawa menggigil, hingga tak disadari, iler berkeliaran kemana-kemana, tapi masih dalam lokasi mulut sih. Buku ini tidak hanya menyuguhkan hal-hal yang membuat para pembaca tertawa geli, namun ada banyak pesan moral yang tersirat dan langsung mengena di hati para pembacanya.
Kisah AKD KL ini, diawali seorang mahasiswi dodol bernama Dedew--penulis sendiri--yang ngekost di kota Djokdja yang jauh dari pengawasan orangtua. Yang membuat keadaan makin parah, Dedew bertemu dengan teman-teman yang tingkat kedodolannya tak bisa diragukan lagi. Maka ketika keakraban itu terjadi di sebuah kost bernama Puri Cantika, kejadian-kejadian dodol bin narsis tak bisa terelakkan. Tingkah aneh-aneh dari para cewek berkepribadian mengenaskan meluncur begitu saja bak roket yang siap diledakkan kapanpun. Banyak teman-teman yang terkena dampak kedodolan mereka termasuk para lelaki berwajah ndeso yang ngekost tak jauh dari tempat kost mereka.
Dalam buku ini, penceritaannya digambarkan sesederhana mungkin dengan tetap menonjolkan sisi kedodolannya. Para pembaca dari berbagai kalangan dapat dengan mudah mengikuti alur yang dimainkan. Terkadang cerita yang sebenarnya sangat menyentuh dan membuat para pembaca ingin mewek sejadi-jadinya namun batal karena akibat kedodolan mereka yang mendarah daging dan membuat para pembaca tersenyum meringis.
Kelebihan cerita ini selain para pembaca dibawa segar kembali, cerita ini tidak seperti cerita gokil lainnya yang hanya mengutamakan hiburan belaka, namun lebih dari itu. Ada amanat yang terkandung di dalamnya dan mengajak para pembaca untuk berpikir ulang tentang hal-hal negatif yang pernah dilakukan dan menggantikannya dengan hal-hal yang lebih baik lagi. Tak kan ada perasaan sia-sia ketika buku gokil ini di bawa ke kasir dan dilunaskan secepatnya. So, bagi yang belum baca, jangan nyesal, lho…
Langganan:
Postingan (Atom)